Home > Update

Aksi Witch Hunting, Warganet: Bangsa Ini Perlu Belajar untuk Sebuah Pilihan Ada Harga Yang Harus Dibayar

Warganet menyerukan boikot pada influencer dan figur publik yang tidak bersama rakyat.
Cancel culture. (Ilustrasi)
Cancel culture. (Ilustrasi)

FILMUSIKU.com — Ramai jagat maya X dengan Witch Hunting, yakni ajakan untuk memboikot para influencer dan figur publik yang mendukung paslon 02 saat Pilpres 2024. Mereka dianggap ikut berkontribusi menjadi penyebab atas munculnya aturan-aturan yang kontra dengan masyarakat.

Namun Witch Hunting ini banyak yang menyalahartikan. Dianggapnya semua pendukung paslon 02 harus ‘dimusuhi’, padahal gerakan ini ditujukan hanya untuk para influencer dan figur publik yang mendukung, bahkan kini ikut mendapat jabatan di pemerintahan.

Aksi boikot ini dimulai dari tidak membeli produk yang terafiliasi oleh mereka. Jika punya acara entah itu di televisi atau platform, maka jangan ditonton. Masyarakat sepakat bahwa ini menjadi cancel culture yang valid kepada influencer dan figur publik, agar tidak sembarangan menyatakan sikap.

Hal ini rupanya membuat beberapa figur publik speak up menyatakan keberpihakannya pada masyarakat, lantaran nama mereka masuk daftar list yang harus diboikot padahal mereka tidak pernah menyatakan sikap politiknya. Witch Hunting ini juga diharapkan agar dilakukan dengan bijak dalam mengkurasi daftarnya.

Nama Raffi Ahmad dan Deddy Corbuzier paling keras digaungkan, kemudian komika Kiky Saputri hingga Youtuber Atta Halilintar. “Bangsa Ini perlu belajar bahwa untuk sebuah pilihan, ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR. Dan kita belajar TERIMA KONSEKUENSI untuk apa yang udah kita pilih,” ujar warganet @stefan***.

“Makanya KE DEPAN... sebelum memilih PASTIKAN KALIAN MEMILIH DENGAN BENAR!!! Jangan gampang termakan GIMMICK Gemoy dan SAWERAN Bansos !!! KARENA PILIHAN KITA ITU MENENTUKAN NASIB BANGSA KITA. Gua lebih pilih kita kalah lagi, sampe bangsa ini bisa belajar PUNYA HARGA DIRI dan INTEGRITAS daripada mendidik generasi muda jadi PELACUR PELACUR POLITIK,” kata dia lagi.

“Witch hunting ini perlu, why? Mereka punya akses ‘lebih’ untuk tau siapa yang harus dipilih saat itu. Mereka, sampai pilpres selanjutnya masih bisa hidup nyaman, rakyat lain? Ikut apa kata pemerintahan. Mendukung udah pasti untung. Melawan? Siap-siap kehilangan,” ujar @alifis***.

Ada juga warganet yang mengingatkan bahwa cancel culture sudah berhasil diterapkan di Indonesia, dalam kasus Abidzar Alghifari, yang diboikot film terbarunya A Business Proposal akibat pernyataannya yang kontroversial.

“Kalau nggak di list gitu, platformnya bakal makin gede. Nggak ada cancel culture juga bikin mereka terus terusan nggak mindful sama pilihan endorse, contoh nyata aja, karena Abidzar dicancel filmnya, para artis jadi mulai mindful kalau lagi promo film, nggak tengil lagi, ya begitu juga mereka,” kata @dalda***.

“Kalo huntingnya untuk influencer/artis yang ngebuzzer, gue setuju. Kalo untuk masyarakat biasa, nggak perlu,” kata @aditb***.

Kemudian ada juga yang memberikan komentar atas pernyataan Pandji Pragiwaksono mengenai Witch Hunting. Pandji menyatakan, bahwa kemenangan bisa dicapai dengan banyaknya orang atau pendukung. Jika ada yang sudah sadar malah didorong ngejauh, maka akan kalah jumlah.

“‘Contohlah elit, mereka bisa saling rangkul sehingga bersatu’. Bro lupa mereka punya power. Mereka punya source untuk tawar-menawar dan saling sandera. Cara mereka merangkul satu sama lain itu picik. Nggak bisa mentah-mentah caranya ditiru oleh rakyat jelata kayak kita,” ungkap @reza4***.

“Definisi ‘merangkul’ dari Bang Pandji memakai kacamata Prabowo. Seolah-olah kita setara dengan para elit to begin with. Sorry to say, ini sangat naif,” ungkap dia lagi.

“Buat saya sih ada yang emang harus diredam platformnya karena bisa jadi corong propaganda kaya Corbuzier dan RANS. Tapi kalo ada influencer yang udah peduli atau bahkan mau peduli, ya udahlah ayo bareng-bareng kita lawan rezim ini. Jangan semua orang disikat tanpa pikir panjang,” tulis akun @justde***.

× Image