Home > Teror

Sosok Iris dalam Final Destination: Bloodlines Menjadi Perajut Benang Merah Seluruh Seri Film

Final Destination Bloodlines masih tayang di bioskop.
Salah satu adegan dalam Final Destination Bloodlines. (Warner Bros)
Salah satu adegan dalam Final Destination Bloodlines. (Warner Bros)

FILMUSIKU.comFinal Destination: Bloodlines sedang tayang di bioskop, dan seri keenam dari franchise ini memunculkan sosok Iris Campbell. Kehadirannya pun menjadi perajut benang merah dari Final Destination seri pertama hingga kelima.

Kisahnya langsung dibuka dengan pengalaman Iris dan sang suami yang berkesempatan menghadiri pembukaan Sky View, sebuah menara tinggi dengan restoran di lantai teratasnya. Penglihatan Iris pun pertama kali muncul pada saat itu, ketika sang suami hendak melamarnya.

Dari situ, peristiwa-peristiwa mengerikan mulai terjadi, mengikuti satu per satu orang yang selamat dari kecelakaan mengerikan itu dan ada hubungan dengan seri pertama hingga kelima. Dalam seri keenam ini, penonton akan dibawa pada cerita bahwa maut itu mengincar sampai ke anak cucu.

Iris digambarkan hidup dalam sebuah ‘rumah aman’ yang dibangunnya, untuk menantang maut. Setiap sinyal maut yang muncul, Iris dengan sigap mampu mencegahnya. Akan menarik jika dijelaskan lebih rinci bagaimana Iris sampai akhirnya bisa membangun keamanan dirinya itu selama dua dekade.

Spin-off dari sosok Iris sendiri bisa dikembangkan sejak peristiwa pertama, ketika ia mulai menyadari maut mengintai orang-orang yang selamat. Bagaimana nasib suaminya juga belum digambarkan secara jelas dalam film ini, hanya lewat cerita yang mengerikan dan membuat trauma keluarga.

Tragedi kematian setiap karakternya dalam Final Destination: Bloodlines ini juga masih tergambar sangat mengerikan. Ide-ide sang penulis naskah Guy Busick dan Lori Evans Taylor dalam mengakhiri hidup setiap orang, berhasil membuat penonton mual dan enggan menatap layar.

Melansir Variety, sutradara Zach Lipovsky dan Adam Stein menceritakan suka duka di balik cara menghidupkan kembali waralaba yang sangat dicintai ini setelah 14 tahun. Mereka harus membuat film ini menjadi liar dengan adegan berdarah.

Namun, mereka juga memastikan bahwa semua karakter dalam film ini berevolusi di sepanjang film, yang merupakan sesuatu yang tidak biasa dilihat dalam Final Destination lainnya. Mereka memperkenalkan beberapa di antaranya sebagai stereotip, tetapi kemudian benar-benar membuat mereka berevolusi.

“Penonton akan menyadari, ‘Oh, si brengsek bertato itu sebenarnya sangat peduli dan mencintai keluarganya dan akan melakukan apa pun untuk saudaranya’ atau ‘Pria kuat tipe atlet itu sebenarnya sensitif, takut, dan mencintai kura-kura’. Kami mencoba melakukan semua yang kami bisa untuk membuat semua karakter ini menjadi manusia yang utuh, daripada hanya sekedar menjadi orang berikutnya yang akan mati,” papar Stein.

× Image