Home > Drama

Avatar The Last Airbender Berikan Dunia Imajinasi dalam Kecanggihan Teknologi

Empat alasan mengapa Avatar The Last Airbender harus ditonton sampai tamat.
Aksi Aang, Katara, dan Soka dalam serial Avatar The Last Airbender. (Netflix)
Aksi Aang, Katara, dan Soka dalam serial Avatar The Last Airbender. (Netflix)

FILMUSIKU.com — Serial live-action "Avatar The Last Airbender" sudah mulai tayang di Netflix. Diangkat dari serial animasi populer berjudul sama dari Nickelodeon, penonton akan diajak mengikuti kisah Aang, seorang Avatar muda, dengan usahanya menguasai empat elemen (Air, Bumi, Api, Udara).

Dengan gelar Avatar yang dipikulnya, Aang harus mengembalikan keseimbangan dunia yang terancam oleh kehadiran Negara Api yang mengerikan. Ada empat alasan mengapa "Avatar The Last Airbender" harus terus ditonton sampai episode terakhir.

1. Cerita yang kaya dan indah

Keempat negara, yaitu Air, Bumi, Api, Udara, sebelumnya hidup bersama secara harmonis. Avatar, penguasa keempat elemen tersebut, menjaga perdamaian di antara mereka. Namun semuanya berubah saat Negara Api melakukan serangan dan menghapus bangsa Pengembara Udara, langkah pertama mereka demi menguasai dunia.

Avatar terinspirasi dari berbagai cerita rakyat, budaya, dan legenda Asia serta penduduk asli. Topik-topik yang serius seperti perang, penjajahan, trauma, hingga moral membuat kisah ini memiliki nilai yang mendalam dan menggugah.

Serial versi live-action berangkat dari animasi orisinalnya serta memiliki tambahan-tambahan seperti durasi, jalan cerita, dan narasi terkait. “Tema-tema utama dalam serial ini adalah tidak menghiraukan berbagai perbedaan, mengatasi rasa pesimisme dan putus asa, serta berusaha menemukan harapan. Saya rasa tema-tema ini bersifat universal dan sesuai dengan zaman kita,” kata produser dan penulis Albert Kim.

2. Deretan karakter yang kompleks dan menarik

Berbagai karakter dalam serial ini memiliki kepribadian yang kuat, dan menariknya, terdapat pengembangan karakter sehingga penonton dapat sungguh-sungguh merasa melewati kisah ini bersama mereka. Sokka, misalnya, terlihat jenaka namun juga memiliki sisi rapuh yang berhubungan dengan masa lalunya.

Aang sang bocah 12 tahun dianggap sebagai yang akan menyelamatkan dunia, dan tanggung jawab ini terasa amat berat bagi seseorang yang hanya ingin menjadi anak-anak biasa. Yang juga tak kalah penting adalah sisi inklusivitas maupun representasi dari serial ini, seperti yang diutarakan pemeran Kiawentiio.

“Saat tumbuh dan menonton serial animasinya, saya sangat tertarik pada karakter Katara karena saya seperti bisa melihat diri saya sendiri di televisi. Representasi pada saat itu belum seperti sekarang dan saya sangat senang memiliki panutan yang amat keren dan kuat seperti dia. Dan kini saya bisa memerankan tokoh itu untuk gadis-gadis kecil lainnya, sesuatu yang membuat saya sangat terharu,” ucap Kiawentiio.

× Image