Home > Update

Rowan Atkinson Sebut Setiap Komedi Pasti Menyinggung

Film Agak Laen disebut ableis dan misoginis.

Film Agak Laen dikritik karena dianggap ableis karena karakter tuna wicara bernama Obet (diperankan Sadana Agung), seolah hanya dihadirkan untuk jadi bahan tertawaan. Belum lagi gelagat tuna wicara tidak digambarkan dengan sesuai, padahal, dalam beberapa kasus memang ada tuna wicara yang gelagatnya persis seperti Obet.

Ada juga yang mengkritik film Agak Laen misoginis, karena menggunakan istilah ‘pelakor’. Seolah menganggap perselingkuhan pria beristri adalah salah perempuan, padahal itu kesepakatan keduanya. Sementaraada juga warganet yang membela bahwa itu bukan misoginis, karena ada istilah sebandingnya yakni ‘pebinor’.

Menanggapi kritik tersebut, rupanya produser film Agak Laen Ernest Prakasa menerimanya dan akan menjadikan pembelajaran. Perlu diketahui, dalam proses pembuatan film, tim produksi pasti telah melakukan riset terlebih dahulu, sekali pun itu produksi film komedi.

Pemilihan Sadana Agung sebagai pemeran Obet dan bukan tuna wicara asli, sudah melalui tahap casting. Karena jika warganet menuntut karakter difabel harus diperankan oleh seorang difabel juga, apakah salah juga jika Eddie Redmayne memenangkan sejumlah penghargaan kategori Best Actor ketika memerankan Stephen Hawking di The Theory of Everything?

Aktor dan aktris memang dituntut untuk bisa memerankan karakter apapun itu yang harus dipikulnya. PR-nya tentu ada pada tim produksi, seberapa dalam riset yang telah mereka lakukan untuk filmnya. Melihat kiprah Imajinari dalam sejumlah film yang selalu mendapat pujian, semua yang tersaji dipastikan sudah melalui pertimbangan.

× Image